Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA

Bogor – Sekolah Kepemimpinan Bangsa yang memiliki perhatian khusus terhadap isu kepemimpinan dan kebangsaan menyelenggarakan Kajian Kepemimpinan yang bertemakan “Genealogi Lahirnya Indonesia : Kesatuan Tanah Air, Bangsa dan Bahasa Indonesia” pada hari Senin (23/3/2015).
Kajian Kepemimpinan kali ini menghadirkan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA (Guru Besar Filsafat Agama, UIN Syarif Hidayatullah) sebagai narasumber utama dalam diskusi ini dan didampingi oleh Agung Pardini (Direktur Sekolah Guru Indonesia) sebagai moderator yang memandu diskusi.
Komaruddin Hidayat mengawali diskusi dengan pertanyaan, “Elemen apa saja yang menjadi penyusun dari lahirnya sebuah bangsa? Elemen tersebut diantaranya adalah : 1) bahasa, 2) adat istiadat, 3) wilayah kekuasaan, dan 4) raja atau penguasa. Sumpah Pemuda 1928 menandakan suatu perubahan yang fundamental dalam titik kebangsaan kita dimana para pemuda menyatakan sumpahnya untuk membangun satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia”.
“Suku bangsa diibaratkan sebagai kaki-kaki yang menopang keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Lahirnya Indonesia dapat dilihat sebagai komunitas terbayang, sehingga membangun Indonesia itu adalah sebuah cita-cita kolektif kita bersama”, kata Komaruddin Hidayat.
Menyikapi perkembangan politik saat ini Komaruddin Hidayat berkomentar, “Nilai dan praktek demokrasi sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi kita miskin negarawan sehingga demokrasi kehilangan wisdom dan esensinya. Yang menonjol adalah perebutan kekuasaan antar elite parpol sehingga agenda negara untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat secara merata masih jauh”.
“Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang melayani, menginspirasi dan memberikan keteladanan. Kita membutuhkan pemerintahan yang bersih, kuat dan cerdas. Indonesia ke depannya membutuhkan anak-anak muda yang berintegritas untuk memperbaiki partai politik dan birokrasi pemerintahan, karena proses bernegara itu sesungguhnya adalah proses berkonstitusi”, ungkap Guru Besar Filsafat Agama UIN Syarif Hidayatullah tersebut.

Foto bersama tim Sekolah Kepemimpinan Bangsa dengan Komaruddin Hidayat
Agung Pardini kemudian menyimpulkan diskusi ini dengan pernyataan, “Sepulangnya Bung Hatta dari Belanda, beliau membawa pulang koleksi buku bacaannya yang membutuhkan waktu tiga hari pengepakan dan berjumlah sebanyak 16 peti. Dengan jumlah bacaan sebanyak itulah modal intelektual yang disiapkan Bung Hatta untuk menjadi pemimpin bangsa Indonesia, lalu bagaimana dengan persiapan para pemuda saat ini?”.
Sementara itu Direktur Riset Center of Leadership Studies – Sekolah Kepemimpinan Bangsa, Adhe Nuansa Wibisono, mengatakan, “Kajian Kepemimpinan ini merupakan upaya dalam penguatan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Semoga dengan hadirnya kajian ini dapat mendekatkan kembali generasi muda dengan nilai Pancasila, sejarah bangsa dan keteladanan para tokoh nasional”.
Kajian Kepemimpinan yang berlangsung di Aula Teater Dzikir, Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, Parung Bogor tersebut dihadiri oleh berbagai peserta dan mahasiswa dari berbagai kampus dan lembaga masyarakat terkemuka di Indonesia seperti UI, IPB, UIN Syarif Hidayatullah, STEI SEBI, Dompet Dhuafa, Sekolah Demokrasi dan MITI.
“Menjadi Indonesia adalah sebuah proses, kita semua berhutang budi kepada pendiri bangsa ini, sehingga kita harus memperkuat jati diri kemanusiaan dan kebangsaan kita. Hadirnya Kajian Kepemimpinan ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan saat ini dalam proses memperkuat jati diri keindonesiaan kita”, pesan Komaruddin Hidayat menutup diskusi ini. 
Kontak :
Adhe Nuansa Wibisono
Direktur Riset – Center of Leadership Studies
Sekolah Kepemimpinan Bangsa
Jl. Raya Parung – Bogor KM 42
Jampang, Kemang, Bogor, Jawa Barat 16310
CP : 0857 1896 1820
Email: an.wibisono@gmail.com 

Pin It on Pinterest

Shares
Share This